PERJALANAN KUAWALI DARI KOTA MADIUN
Tepatnya tanggal 13 Juni 1989, aku melangkahkan kakiku menuju stasiun KA Madiun. Dengan KA Gaya Baru Malam Selatan aku mengawali perjalananku menuju kota Cirebon. Malam hari aku tiba di Cirebon, karena tidak ada tempat untuk singgah maka aku melanjutkan perjalananku menuju Jakarta dengan bus. Tiba di Terminal Pulogadung, Jakarta tengah malam. Akupun segera mencari angkutan umum menuju Kawasan Jl. HR Rasuna Said, Kuningan - Jakarta Selatan.
Setibanya di Kuningan Jakarta Selatan, akupun mencari penginapan walaupun hari sudah menjelang shubuh. Akupun mencari pos Polisi terdekat agar lebih aman, mengingat aku barupertama kali menginjakkan kaki di ibukota.
Setelah matahari mulai menampakkan dirinya, akupun segera melangkah menapaki jalanan ibukota. Tempat pertama yang aku kunjingi adalah Kantor Kedutaan India yang berlokasi di Jl. HR. Rasuna Said Kav S1 Kuningan - Jakarta Selatan. Tempat ini sangat aman dan nyaman. Akupun diterima oleh penjaga pintu dan dipersilakan masuk menuju perpustakaan yang berada di Kantor Embassy tersebut. Akupun membaca buku2 di perpustakaan tersebut hingga menjelang tengah hari. Ternyata ada seseorang yang menghampiriku, beliau adalah salah seorang petugas di Embassy tersebut. Berbincang panjang lebar dengan beliau. Dan beliaupun menanyakan darimana aku berasal, karena masih kelihatan sangat lugu dan penampilan yang seadanya.
Akupun menyampaikan bahwa aku berasal dari sebuah kampung kecil di Madiun, Jawa Timur. Aku sampaikan juga, kalau sejak kelas 2 SMA aku sudah dikirimi beberapa bacaan dari Kedutaan Besar India di Jakarta, yaitu Warta India hingga 1 tahun. Akupun menyampaikan keinginanku bahwa kedatanganku ke ibukota ini adalah untuk mencari pekerjaan. Beliaupun menyodorkan sebuah amplop kemudian pergi meninggalkanku dalam ruangan itu. Setelah aku lihat ternyata ada lembaran yang sepuluh ribuan dan lima ribuan yang kalau ga salah jumlahnya mencapai Rp.75.000,-. Aku merasa bahagia sekali dengan uang tersebut. Akupun keluar dari tempat tersebut.
Tiket KA Gaya Baru Malam : Madiun - Cirebon Rp.11.000,-
Bis Cirebon - Jakarta : Rp. 1.500,-
Tempat berikutnya yang aku kunjungi adalah kedutaan besar Singapura. Begitu juga di tempat itu aku mengunjungi perpustakaan yang berada di kantor tersebut.
Hingga beberapa hari, bahkan beberapa minggu akupun ikut numpang di kantor polisi. Pekerjaanku tiap hari hanya mencuci mobil dan motor di kantor polisi tersebut. Aku merasa betah tinggal di sini, tiap hari dapat duit dari hasil cuci motor dan cuci mobil tersebut. Hingga akhirnya akupun disuruh pergi oleh beberapa orang polisi di tempat tersebut, karena sudah beberapa minggu aku belum juga mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan.
Beberapa orang polisi memberiku bekal dalam perjalanan ini. Namun karena aku belummendapatkan pekerjaan, akupun kembali menginap di beberapa kantor polisi yang berada di Jakarta ini.
Angkutan Desa : Bakauheni - Kalianda Rp. 300,-
Tak berapa lama aku di Lampung, akupun menuju ke Palembang. Di kota empek empek tersebut aku sempat berjualan bakso, bekerja di bengkel mobil, juga bekerja di beberapa kontraktor.
Bis : Simpang Kalianda - Palembang Rp. 3.500,-
Pembuatan KTP di Pangkalan Balai III - gratis
Kereta Api : Kertapati - Tanjungkarang Rp. 2.500,- / gratis
Penyeberangan : Bakauheni - Merak Rp. 2.000,-/gratis
Perjalanan dari Merak - Jakarta - Surabaya - Ketapang (Banyuwangi) - gratis
Penyeberangan : Ketapang - Gilimanuk Rp. 400,-
Perjalanan Gilimanuk - Negara Rp. 1.000,- / gratis
Perjalanan Negara - Denpasar Rp. 3.200,- / gratis
Proyek-proyek besar yang kami kerjakan diantaranya adalah pembuatan drainase di sepanjang Jl. Imam Bonjol, sepanjang Jl. Diponegoro hingga Benoa, sepanjang Jl. Raya Kesiman Denpasar.
Untuk wilayah Tabanan juga meliputi drainase sepanjang Sungai di tengah kota Tabanan. Begitu juga proyek di pinggir Danau Beratan di Bedugul. Untuk daerah Klungkung yaitu drainase sepanjang 12 KM yang berada di pinggir jalan antara Gianyar hingga Klungkung atau Semarapura. Hampir setiap 2 minggu sekali aku keluar masuk pulau Bali ke Pulau Jawa.
Ada Dadong CHENG yang tinggal di daerah Candikuning yang meninggalkan banyak kenangan.
Setelah beberapa lama aku tinggal di Bali, ada keinginan juga untuk mengetahui cantiknya pulau Lombok. Akupun menyeberang ke pulau pedas tersebut.
Penyeberangan Padangbai [Bali] - Lembar [Lombok] Rp. 4.000,-
Penyeberangan Labuhan Lombok [Lombok] - Pototano [Sumbawa] : Rp. 2.000,- / gratis
Setelah beberapa waktu di proyek pembangunan Bendungan Batujai Lombok Tengah, akupun kembali menyusuri kawasan Nusantara yang lain yaitu Sumbawa.
Di Sumbawa aku hanya menginap 1 malam, karena esok harinya harus melaksanakan Sholat Idul Adha di kota Raba tepatnya di lapangan Kantor Bupati Bima yaitu di Raba.
Penyeberangan Labuhan Sape [Bima] - Labuhan Bajo [Florest] : Rp. 6.000,-/gratis
Dari Bima aku melanjutkan perjalanan menuju Labuhan Sape.
Dari Labuhan Sape menyeberang ke Labuhan Bajo di pulau Flores,
Dari Labuhan Bajo aku menuju ke Manggarai yaitu kota kabupaten Flores Barat atau Ruteng. Di kota Ruteng ini aku sempat mengerjakan proyek Kantor Bupati Flores Barat yang berada di Jl. Mbaumuku no. 1 kota Ruteng. Aku sempat jalan2 di kota Ruteng.
Penyeberangan : Reo - Bima /gratis
Penyeberangan : Bima - Ujungpandang [Makassar] /gratis
Dari Ruteng kembali melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Bima lewat Pelabuhan Reo atau pelabuhan di pantai utara Pulau Flores. Sedianya aku melanjutkan ke Propinsi Timor Timur, namun karena situasi di Timtim saat itu tidak kondusif maka aku kembali ke Pelabuhan Bima. Dari pelabuhan Bima aku melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Soekarno Hatta di Ujungpandang.
Di Makasar beberapa lama, mengerjakan proyek Pasar Central Ujungpandang, selama dua bulan. Selanjutnya menuju Balikpapan dan Samarinda, Kalimantan Timur.
Penyeberangan : Ujungpandang - Samarinda /gratis 7hari 7 malam terkatung-katung ditengah selat Makassar, hanya makan seadanya, karena kapal overweight dengan bawaan semen.
Di Samarinda aku sempat mendapatkan kartu identitas kependudukan yaitu di Kel. Teluk Lerong.
Di wilayah Kaltim ini aku menyusuri Bukit Soeharto hingga ke Balikpapan dengan berjalan kaki juga ke Kutai Kartanegara yang beribukota di Tenggarong. Di Tenggarong aku proyek KORAMIL Tenggarong, aku juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Mulawarman.
Samarinda - Balikpapan sengaja berjalan kaki, karena ingin melihat bagaimana kalau 1 RT itu sejauh 15KM.....hehehe
Selain itu juga sempat ke Bontang dan Sangatta. Di dua kota ini aku kembali bekerja di sebuah perusahaan material yaitu mengangkut bahan2 bangunan menuju ke Sangatta.
Di Sangatta pernah kesasar di hutan selama 1 minggu, masih untung, orang lain ada yang sampai satu bulan kalau kesasar di hutan, jadi Tarzan kalee..... boleh dicoba...
Dari Kalimantan Timur aku ke Kalimantan Selatan dan selanjutnya kembali ke Pulau Jawa yang selanjutnya kembali menuju Bali.
Di Bali kembali menetap beberapa tahun hingga akhirnya menetapkan tujuan ke Jakarta. DI Jakarta sempat menangani beberapa proyek yaitu renovasi dan pembukaan beberapa Kantor Cabang Bank Swasta nasional di seluruh Jabotabek.
Perjalanan mencari Sang Guru, berjalan kaki mulai dari Stasiun KA Bandung menuju arah Lembang, namun nyasar ke arah Sarijadi dan sampai Ciwaruga,...belum tahu kota kembang Bandung sich....hehehe
Ketika bekerja di sebuah hotel di Jakarta beberapa lama kemudian aku menuju kota kembang Bandung, ketika terjadi kerusuhan pada bulan Mei 1998.
Ketika di Bandung, selama 2 hari mencari guru bertemu seorang kakek yang menunjukkan arah salah satu pesantren dan kakek itu memberi bekal 1 [satu] buah singkong mentah untuk saya makan dalam perjalanan ......kok kasihan banget yaaa....
Di Bandung aku belajar di sebuah Pondok Pesantren yaitu Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang terkenal dengan dai kondangnya yaitu Aa Gym atau KH. Abdullah Gymnastiar.
Selama enam bulan aku belajar di pesantren tersebut, aku mendapatkan tawaran untuk berkarya di Yayasan Daarut Tauhiid. Di Yayasan tersebut aku menjadi santri mukim atau biasa disebut dengan ahlushshuffah (menjaga di mesjid). Aku membawahi 30 orang di Yayasan tersebut yang mempunyai konsep Dzikir, Fikir dan Ikhtiar, jadi sejumlah santri tersebut aku bagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian khidmat atau melayani tamu-tamu yang berada di Mesjid tersebut, sebagian lagi ikhtiar dengan berdagang di sekitar pesantren, yang sebagian lagi khidmat untuk team, yaitu memasak hingga mencuci pakaian teman2nya.
Setelah 2 tahun aku berada di Yayasan, ada ide untuk mendirikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) bersama H. Lulu Awaluddin [alm], selama dua tahun kami mengelola KBIH Yayasan Daarut Tauhiid Bandung bersama Ust. H. Yeri Kusyeri S.Ag. Setelah KBIH dirasakan cukup mantap, maka kami mendirikan sebuah badan usaha yaitu PT. MQ Tours &Travel.
Sejak bulan Mei 2002 hingga Januari 2007 (selama 5 tahun), kami mengelola biro perjalanan tersebut. Hingga akhirnya kami harus berpisah dengan semua teman2.
Di Pesantren Daarut Tauhiid tahun 1998 mendapatkan gaji sebesar Rp.50.000,-/bulan ditambah beras 5 (lima) Kg. Bagaimana mau kenalan dengan seorang ahwat..???
Beberapa lama saya mengunjungi relasi yang berada di Surabaya, Gresik dan Bali. Hingga akhirnya memutuskan untuk ke Jakarta dan berkarya di sebuah perusahaan Biro Perjalanan Wisata di daeran Bintaro, Jakarta Selatan. Saya dikontrak selama satu tahun.
Akhirnya saya pindah ke sebuah perusahaan biro perjalanan di kawasan Sudirman yaitu di sebuah Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang berada di Lantai 17 Cityloft.
Tahun berikutnya saya berkarya di sebuah Biro Perjalanan di Kawasan Kebayoran Baru, selama dua tahun.
Di Biro Perjalanan tersebut saya diberangkatkan umrah 2 [dua] kali yaitu di bulan Juni 2009 dan Juli 2010. Alhamdulillaah.
Detail perjalanan umrahnya ada di Perjalanan Umrah Liburan 2009 dan Perjalanan Umrah Juni 2010.
Akhir tahun 2010, saya ditawari untuk mengelola sebuah biro perjalanan di Bandung, hingga kini.
ALHAMDULILLAAH.
Pada bulan Februari 2011, saya dipertemukan dengan owner dari perusahaan biro perjalanan tersebut, dan ternyata saya harus mengelola urusan Haji dan Umrah di 2 [dua] kota, yaitu Bandung dan Jakarta. Semoga aku bisa mengelola dengan baik. Amin
Demikianlah perjalanan seorang anak kampung yang menyeberangi 7 lautan, selat Sunda, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Sumbawa, Selat Makassar, Laut Jawa, Laut Flores dan bahkan menginjak ke negeri jiran Malaysia dan Singapura hingga beberapa kali ke Tanah Suci.
Semoga Allah SWT Yang Maha Agung senantiasa melimpahkan rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya serta membimbing kita ke jalan yang lurus dan diridhai-Nya. Amin.
Wassalam
Akupun menyampaikan bahwa aku berasal dari sebuah kampung kecil di Madiun, Jawa Timur. Aku sampaikan juga, kalau sejak kelas 2 SMA aku sudah dikirimi beberapa bacaan dari Kedutaan Besar India di Jakarta, yaitu Warta India hingga 1 tahun. Akupun menyampaikan keinginanku bahwa kedatanganku ke ibukota ini adalah untuk mencari pekerjaan. Beliaupun menyodorkan sebuah amplop kemudian pergi meninggalkanku dalam ruangan itu. Setelah aku lihat ternyata ada lembaran yang sepuluh ribuan dan lima ribuan yang kalau ga salah jumlahnya mencapai Rp.75.000,-. Aku merasa bahagia sekali dengan uang tersebut. Akupun keluar dari tempat tersebut.
Tiket KA Gaya Baru Malam : Madiun - Cirebon Rp.11.000,-
Bis Cirebon - Jakarta : Rp. 1.500,-
Tempat berikutnya yang aku kunjungi adalah kedutaan besar Singapura. Begitu juga di tempat itu aku mengunjungi perpustakaan yang berada di kantor tersebut.
Hingga beberapa hari, bahkan beberapa minggu akupun ikut numpang di kantor polisi. Pekerjaanku tiap hari hanya mencuci mobil dan motor di kantor polisi tersebut. Aku merasa betah tinggal di sini, tiap hari dapat duit dari hasil cuci motor dan cuci mobil tersebut. Hingga akhirnya akupun disuruh pergi oleh beberapa orang polisi di tempat tersebut, karena sudah beberapa minggu aku belum juga mendapatkan pekerjaan yang aku inginkan.
Beberapa orang polisi memberiku bekal dalam perjalanan ini. Namun karena aku belummendapatkan pekerjaan, akupun kembali menginap di beberapa kantor polisi yang berada di Jakarta ini.
Karena begitu susahnya aku mencari pekerjaan di Jakarta, akupun pergi meninggalkan ibukota menuju Kalianda, Lampung tempat saudaraku tinggal.
Penyeberangan : Merak - Bakauheni dengan JATRA II Rp. 2.000,-Angkutan Desa : Bakauheni - Kalianda Rp. 300,-
Tak berapa lama aku di Lampung, akupun menuju ke Palembang. Di kota empek empek tersebut aku sempat berjualan bakso, bekerja di bengkel mobil, juga bekerja di beberapa kontraktor.
Bis : Simpang Kalianda - Palembang Rp. 3.500,-
Beberapa di Palembang, hingga aku mendapatkan kartu kependudukan di Tanjungbalai III, Musi Banyuasin. Di daerah ini aku sempat bekerja di sebuah perusahaan kelapa sawit, perkebunan karet juga berhuma *yaitu menebang hutan untuk dijadikan lahan pertanian).
Pembuatan KTP di Pangkalan Balai III - gratis
Kereta Api : Kertapati - Tanjungkarang Rp. 2.500,- / gratis
Penyeberangan : Bakauheni - Merak Rp. 2.000,-/gratis
Perjalanan dari Merak - Jakarta - Surabaya - Ketapang (Banyuwangi) - gratis
Penyeberangan : Ketapang - Gilimanuk Rp. 400,-
Perjalanan Gilimanuk - Negara Rp. 1.000,- / gratis
Perjalanan Negara - Denpasar Rp. 3.200,- / gratis
Perjalanan panjangku sangatlah menyakitkan mulai dari Palembang aku menuju Bali hingga menetap beberapa tahun di Pulau Dewata tersebut. Di Pulau Dewata tersebut aku tidak bisa mendapatkan kartu identitas ataupun KTP, namun aku bisa mendapatkan SIM A, karena sempat kursus mengemudi di daerah Tuban, Kuta.
Pembuatan SIM A di Kuta Rp.150.000,- / gratis
Pernah mengelilingi pulau Bali start dari Padang Galak shubuh - Amlapura / makan pagi
Amlapura - Singaraja, sesampai di Singaraja makan siang
Singaraja - Denpasar, tiba di Denpasar jam 19.00 WIB
Selama di Bali aku pulang satu tahun sekali ke kampungku di Madiun. Namun selalu kembali ke Bali lagi untuk melanjutkan pekerjaan yang ada.
Beberapa proyek yang aku kerjakan di Bali, diantaranya adalah proyeknya :
1. PT. NINDYA KARYA
2. PT HUTAMA KARYA
3. CV. AJI SAKTI
Pembuatan SIM A di Kuta Rp.150.000,- / gratis
Pernah mengelilingi pulau Bali start dari Padang Galak shubuh - Amlapura / makan pagi
Amlapura - Singaraja, sesampai di Singaraja makan siang
Singaraja - Denpasar, tiba di Denpasar jam 19.00 WIB
Selama di Bali aku pulang satu tahun sekali ke kampungku di Madiun. Namun selalu kembali ke Bali lagi untuk melanjutkan pekerjaan yang ada.
Beberapa proyek yang aku kerjakan di Bali, diantaranya adalah proyeknya :
1. PT. NINDYA KARYA
2. PT HUTAMA KARYA
3. CV. AJI SAKTI
Proyek-proyek besar yang kami kerjakan diantaranya adalah pembuatan drainase di sepanjang Jl. Imam Bonjol, sepanjang Jl. Diponegoro hingga Benoa, sepanjang Jl. Raya Kesiman Denpasar.
Untuk wilayah Tabanan juga meliputi drainase sepanjang Sungai di tengah kota Tabanan. Begitu juga proyek di pinggir Danau Beratan di Bedugul. Untuk daerah Klungkung yaitu drainase sepanjang 12 KM yang berada di pinggir jalan antara Gianyar hingga Klungkung atau Semarapura. Hampir setiap 2 minggu sekali aku keluar masuk pulau Bali ke Pulau Jawa.
Ada Dadong CHENG yang tinggal di daerah Candikuning yang meninggalkan banyak kenangan.
Setelah beberapa lama aku tinggal di Bali, ada keinginan juga untuk mengetahui cantiknya pulau Lombok. Akupun menyeberang ke pulau pedas tersebut.
Penyeberangan Padangbai [Bali] - Lembar [Lombok] Rp. 4.000,-
Penyeberangan Labuhan Lombok [Lombok] - Pototano [Sumbawa] : Rp. 2.000,- / gratis
Setelah beberapa waktu di proyek pembangunan Bendungan Batujai Lombok Tengah, akupun kembali menyusuri kawasan Nusantara yang lain yaitu Sumbawa.
Di Sumbawa aku hanya menginap 1 malam, karena esok harinya harus melaksanakan Sholat Idul Adha di kota Raba tepatnya di lapangan Kantor Bupati Bima yaitu di Raba.
Penyeberangan Labuhan Sape [Bima] - Labuhan Bajo [Florest] : Rp. 6.000,-/gratis
Dari Bima aku melanjutkan perjalanan menuju Labuhan Sape.
Dari Labuhan Sape menyeberang ke Labuhan Bajo di pulau Flores,
Dari Labuhan Bajo aku menuju ke Manggarai yaitu kota kabupaten Flores Barat atau Ruteng. Di kota Ruteng ini aku sempat mengerjakan proyek Kantor Bupati Flores Barat yang berada di Jl. Mbaumuku no. 1 kota Ruteng. Aku sempat jalan2 di kota Ruteng.
Penyeberangan : Reo - Bima /gratis
Penyeberangan : Bima - Ujungpandang [Makassar] /gratis
Dari Ruteng kembali melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Bima lewat Pelabuhan Reo atau pelabuhan di pantai utara Pulau Flores. Sedianya aku melanjutkan ke Propinsi Timor Timur, namun karena situasi di Timtim saat itu tidak kondusif maka aku kembali ke Pelabuhan Bima. Dari pelabuhan Bima aku melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Soekarno Hatta di Ujungpandang.
Di Makasar beberapa lama, mengerjakan proyek Pasar Central Ujungpandang, selama dua bulan. Selanjutnya menuju Balikpapan dan Samarinda, Kalimantan Timur.
Penyeberangan : Ujungpandang - Samarinda /gratis 7hari 7 malam terkatung-katung ditengah selat Makassar, hanya makan seadanya, karena kapal overweight dengan bawaan semen.
Di Samarinda aku sempat mendapatkan kartu identitas kependudukan yaitu di Kel. Teluk Lerong.
Di wilayah Kaltim ini aku menyusuri Bukit Soeharto hingga ke Balikpapan dengan berjalan kaki juga ke Kutai Kartanegara yang beribukota di Tenggarong. Di Tenggarong aku proyek KORAMIL Tenggarong, aku juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum Mulawarman.
Samarinda - Balikpapan sengaja berjalan kaki, karena ingin melihat bagaimana kalau 1 RT itu sejauh 15KM.....hehehe
Selain itu juga sempat ke Bontang dan Sangatta. Di dua kota ini aku kembali bekerja di sebuah perusahaan material yaitu mengangkut bahan2 bangunan menuju ke Sangatta.
Di Sangatta pernah kesasar di hutan selama 1 minggu, masih untung, orang lain ada yang sampai satu bulan kalau kesasar di hutan, jadi Tarzan kalee..... boleh dicoba...
Dari Kalimantan Timur aku ke Kalimantan Selatan dan selanjutnya kembali ke Pulau Jawa yang selanjutnya kembali menuju Bali.
Di Bali kembali menetap beberapa tahun hingga akhirnya menetapkan tujuan ke Jakarta. DI Jakarta sempat menangani beberapa proyek yaitu renovasi dan pembukaan beberapa Kantor Cabang Bank Swasta nasional di seluruh Jabotabek.
Perjalanan mencari Sang Guru, berjalan kaki mulai dari Stasiun KA Bandung menuju arah Lembang, namun nyasar ke arah Sarijadi dan sampai Ciwaruga,...belum tahu kota kembang Bandung sich....hehehe
Ketika bekerja di sebuah hotel di Jakarta beberapa lama kemudian aku menuju kota kembang Bandung, ketika terjadi kerusuhan pada bulan Mei 1998.
Ketika di Bandung, selama 2 hari mencari guru bertemu seorang kakek yang menunjukkan arah salah satu pesantren dan kakek itu memberi bekal 1 [satu] buah singkong mentah untuk saya makan dalam perjalanan ......kok kasihan banget yaaa....
Di Bandung aku belajar di sebuah Pondok Pesantren yaitu Pesantren Daarut Tauhiid Bandung yang terkenal dengan dai kondangnya yaitu Aa Gym atau KH. Abdullah Gymnastiar.
Selama enam bulan aku belajar di pesantren tersebut, aku mendapatkan tawaran untuk berkarya di Yayasan Daarut Tauhiid. Di Yayasan tersebut aku menjadi santri mukim atau biasa disebut dengan ahlushshuffah (menjaga di mesjid). Aku membawahi 30 orang di Yayasan tersebut yang mempunyai konsep Dzikir, Fikir dan Ikhtiar, jadi sejumlah santri tersebut aku bagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian khidmat atau melayani tamu-tamu yang berada di Mesjid tersebut, sebagian lagi ikhtiar dengan berdagang di sekitar pesantren, yang sebagian lagi khidmat untuk team, yaitu memasak hingga mencuci pakaian teman2nya.
Setelah 2 tahun aku berada di Yayasan, ada ide untuk mendirikan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) bersama H. Lulu Awaluddin [alm], selama dua tahun kami mengelola KBIH Yayasan Daarut Tauhiid Bandung bersama Ust. H. Yeri Kusyeri S.Ag. Setelah KBIH dirasakan cukup mantap, maka kami mendirikan sebuah badan usaha yaitu PT. MQ Tours &Travel.
Sejak bulan Mei 2002 hingga Januari 2007 (selama 5 tahun), kami mengelola biro perjalanan tersebut. Hingga akhirnya kami harus berpisah dengan semua teman2.
Di Pesantren Daarut Tauhiid tahun 1998 mendapatkan gaji sebesar Rp.50.000,-/bulan ditambah beras 5 (lima) Kg. Bagaimana mau kenalan dengan seorang ahwat..???
Beberapa lama saya mengunjungi relasi yang berada di Surabaya, Gresik dan Bali. Hingga akhirnya memutuskan untuk ke Jakarta dan berkarya di sebuah perusahaan Biro Perjalanan Wisata di daeran Bintaro, Jakarta Selatan. Saya dikontrak selama satu tahun.
Akhirnya saya pindah ke sebuah perusahaan biro perjalanan di kawasan Sudirman yaitu di sebuah Biro Perjalanan Haji dan Umrah yang berada di Lantai 17 Cityloft.
Tahun berikutnya saya berkarya di sebuah Biro Perjalanan di Kawasan Kebayoran Baru, selama dua tahun.
Di Biro Perjalanan tersebut saya diberangkatkan umrah 2 [dua] kali yaitu di bulan Juni 2009 dan Juli 2010. Alhamdulillaah.
Detail perjalanan umrahnya ada di Perjalanan Umrah Liburan 2009 dan Perjalanan Umrah Juni 2010.
Akhir tahun 2010, saya ditawari untuk mengelola sebuah biro perjalanan di Bandung, hingga kini.
ALHAMDULILLAAH.
Pada bulan Februari 2011, saya dipertemukan dengan owner dari perusahaan biro perjalanan tersebut, dan ternyata saya harus mengelola urusan Haji dan Umrah di 2 [dua] kota, yaitu Bandung dan Jakarta. Semoga aku bisa mengelola dengan baik. Amin
Demikianlah perjalanan seorang anak kampung yang menyeberangi 7 lautan, selat Sunda, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Sumbawa, Selat Makassar, Laut Jawa, Laut Flores dan bahkan menginjak ke negeri jiran Malaysia dan Singapura hingga beberapa kali ke Tanah Suci.
Semoga Allah SWT Yang Maha Agung senantiasa melimpahkan rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya serta membimbing kita ke jalan yang lurus dan diridhai-Nya. Amin.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar